Selasa, 11 Oktober 2016

Sejarah Pencak Silat Di Indonesia dan di Dunia

 SEJARAH PENCAK SILAT

Pencak silat merupakan ilmu bela diri warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia. Untuk mempertahankan kehidupannya, manusia selalu membela diri dari ancaman alam, binatang, maupun sesamanya yang dianggap mengancam integritasnya. Cara membela diri dari suatu daerah, berbeda dengan daerah lainnya. Untuk daerah pegunungan, pada umumnya, ditandai dengan sikap kuda-kuda yang kokoh dan gerak lengan yang lincah, sedangkan untuk daerah-daerah datar ditandai dengan sikap kuda-kuda yang ringan serta olah gerak kaki yang lincah. Perbedaan tersebuut disebabkan karena kondisi daerah dan bentuk ancamannya, termasuk jenis senjata yang digunakannya. Jurus-jurus yang digunakan untuk membela diri banyak diilhami dari dari olah gerak binatang-binatang, seperti macan, monyet, ular, dan bangau dan lain-lainnya.

PERKEMBANGAN PENCAK SILAT

Berbicara tentang “Perkembangan”, maka kita harus meletakkan dan melihat adanya saling hubungan antara sederet kejadian-kejadian sejarah, yang mana deratan tersebut dijajar menurut skala waktu. Kejadian sejarah tidak hanya terjadi pada seorang dan satu tempat saja, akan tetapi selalu terjadi akibat adanya saling hubungan manusia dengan sesamanya, yang kemudian dapat diperluas antara daerah bahkan antarnegara. Karena ketiga faktor sejarah tersebut yaitu faktor manusia, faktor tempat, dan faktor waktu, harus ada secara keseluruhan, dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa harus terus dipelihara, dibina, dan dikembangkan guna memprkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila, meningkatkan kualitas hidup, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggan nasional, memperkokoh jiwa persatuan dan kesatuian bangsa serta mampu menjadi penggerak bagi terwujudnya cita-cita bangsa di masa depan. (TAP. MPR, 1987:109)
Pencak silat, merupakan salah satu jenis bela diri yang sudah cukup tua umurnya. Tetapi saat ini belum kita dapatkan secara pasti kapan dan oleh siapa pencak silat itu diciptakan. Oleh karena itu biasannya perkembangan sejarah pencak silat, selalu dihubungkan dengan perkembangan sejarah manusia. Bagaimana sejarah perkembangan pencak silat di Indonesia, sejak dulu zaman penjajahan hingga setelah merdeka dan melaksanakan pembangunan disegala bidang.

1. Zaman Prasejarah
Pada zaman prasejarah di Indonesia, telah diciptakan cara membela diri sesuai dengan situasi dan kondisi sekitarnya
. Orang yang hidup di dekat hutan-hutn mempunyai cara membela diri yang khas untuk menghadapi binatang yang buas yang ada di hutan. Bahkan mereka juga menciptakan bela diri dengan meniru gerakan binatang tersebut, misalnya meniru hewan harimau, ular, burung.
Orang-orang yang hidup di pegunungan biasa berdiri, bergerak, berjalan dengan langkah kedudukan kaki yang kuat untuk menjaga agar tidak mudah jatuh selama bergerak di tanah yang tidak rata. Biasanya mnciptakan bela diri yang mempunyai cirri khas kuda-kuda yang kokoh tidak hanya bergerak. Sedangkan gerakan tangan lebih lincah, banyak ragamnya dan ampuh daya gunanya.
Penduduk yang hidup di daerah berawa, tanah datar, padang rumput biasa berjalan bergegas, lari. Sehingga gerakan kakinya menjadi lincah. Mereka menciptakan bela diri yang lebih banyak memanfaatkan kaki sebagai alat bela diri. Akhirnya setiap daerah mempunyai bela diri yang khas dan berbeda dengan daerah lainnya., sehingga timbullah aliran bela diri beraneka ragam. Pertemuan antara penduduk daerah yang satu dengan yang lainnya menyababkan terjadinya tukar mrnukar ilmu bela diri, sehingga dapat meningkatkan mutu bela diri di setiap daerah.

2. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Penjajahan
Pada zaman penjajahan pencak silat dipelajari dan dipergunakan baik oleh punggawa kerajaan, kesultanan, maupun para pehuang, pahlawan yang berusaha melawan penjajah. Di kalangan para pejuang, pencak silat diajarkan secara rahasia, sembunyi-sembunyi, karena kalau diketahui oleh penjajah akan dilarang. Kaum penjajah khawatir bila kemahiran pencak silat tersebut akhirnya digunakan untuk melawan mereka. Kekhawatiran mereka memang beralasan, karena hamper semua pahlawan bangsa seperti Tjik di Tiro, Imam bonjol, Fatahillah, Diponegoro, dan lain-lain adalah pendekar silat.
Perguruan-perguruan pencak silat tumbuh tanpa diketahhui para penjajah, bahkan sebagian menjadi semacam perkumpulan rahasia. Pencak silat dipelajari pula oleh kaum gerakan politik termasuk beberapa organisasi kepanduan nasional. Secara diam-diam prguruan-perguruan tersebut pencak silat berhasil memupuk kekuatan kelompok-kelompok yang siap melawan penjajah sewaktu-waktu. Kaum pergerakan yang ditangkap oleh penjajah dan dibuang, secara diam-diam pula, menyebarkan ilmu pencak silat tersebut di tempat pembuangan. Pasukan Pembela Tanah Air yang telah dikenal dengan nama PETA, juga mempelajari pencak silat dengan tekun.
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Pencak silat sebagai ilmu bela diri nasional, didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan pertahanan bersama menghadapi sekutu. Dimana-mana, karena anjuran Shimitzu diadakan pemusatan tenaga aliran pencak silat di seluruh Jawa, serentak didirikan gerakan pencak silat yang diatur oleh pemerintah di Jakarta, pada waktu itu tidak diciptakan oleh para Pembina pencak silat suatuolahraga berdasarkan pencak silat yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada setiap pagi di sekolah-sekolah.
Akan tetapi usul itu ditolak oleh Shimitzu, karena khawatir akan mendesak Tahayo Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsure-unsur warisan kebesaran kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi untuk kepentingan Jepang, bukan untuk kepentingan nasional kita. Namun haruslah kita akui bahwa keuntungan yang kita dapatkan dari zaman itu, kita mulai insyaf lagi akan keharusan berusaha mengembalikan ilmu pencak silat dari masyarakat.
Walaupun di masa penjajahan Belanda, pencak silat tidak diberikan kesempatan untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru dan pendekar pencak silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional, semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas nasional, para pelajar pada tahun duapuluhan atau bsebelumnya mendalami pencak silat, ternyata di masa kemerdekaan telah terbentuklah wadah nasional pencak silat Indonesia, pada tahun 1948.

3. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan
Kemahiran ilmu bela diri pencak silat yang dipupuk terus-menerus oleh bangsa Indonesia, akhirnya digunakan untuk melawan penjajah secara gerilya ada zaman perang kemerdekaan. Perguruan-perguruan pencak silat pada waktu perang, sibuk sekali mendidik, menggembleng tentara dan rakyat. Pesantren-pesantren disamping mengajarkan agama, juga meningkatkan pendidkan bela diri pencak silat. Perang fisik di Surabaya melawan Sekutu, pada bulan November tahun 1945, banyak menampilkan pejuang yang gagah berani.; Hasil didikan pencak silat dari pondok Tebu Ireng Gontor dan Jamsaren.
Pondok pesantren dan perguruan-perguruan pencak silat tersebut bukan hanya mengajarkan bela diri pencak silat saja melainkan juga mengisi jiwa ara calon pejuang dengan semangat juang patriotisme yang berkobar-kobar. Semangat juang demikianlah yang membuat mereka tak mempunyai rasa takut sedikiypun dalam melawan penjajah tentara sekutu yang mempunyai persenjataan yang lebih lengkap dan canggih, sehingga akhirnya bangsa Indonesia dapat berhasil memenangkan perang kemerdekaan secara gemilang.
Setelah Proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, Belanda melancarkan dua kali agresi untuk menguasai kembali Indonesia. Pencak silat kembali dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan kemahiran putra-putri Indonesia guna menghadapi perang terhadap Belanda. Para pemimpin bangsa Indonesia, dan para pendekar silat waktu itu, menyadari bahwa pengajaran pencak silat berhasil memupuk semangat juang dan menggalang persaudaraan yang erat.
Pada awal kemerdekaan kita, Belanda berhasil memecah belah bangsa Indonesia dalam kelompok-kelompok kesukuan dengan dibentuknya Negara-negara bagian. Bahkan kemudian terjadi pemberontakan politik PKI di Madiun, dan Darul Islam atau DI/TII. Kemahiran pencak silat bangsa Indonesia, digunakan kembali untuk menumpas pemberontakan. Bahkan untuk menumpas DI/TII, digunakan cara pagar betis, yaitu pengepungan pemberontak oleh tentara bersama dengan rakyat yang telah diajarkan kemahiran bela diri pencak silat.

4. Sejarah Perkembangan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
Menjelang Pekan Olahraga Nasional yang pertama di Solo, para pendekar pencak silat berkumpul untuk membentuk organisasi pencak silat. Pada tanggal 18 Mei 1948, dibentuklah organisasi Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSSI), yang kemudian menjadi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Persatuan para pendekar dalam organisasi IPSI tersebut dimaksudkan untuk menggalang kembali semangat juang bangsa Indonesia, yang sangat diperlukan dalam pembangunan. Yang lebih penting, pencak silat dengan rasa persaudaraannya dapat memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang pada saat itu sedang terpecah belah.
IPSI berdiri pada tahun 1973 dengan dipimpin oleh Mr. Wongsonegoro, Mariyun Sudirohadiprodjo, dan Rachmad Surenogoro. Banyak regenerasi yang dilakukan oleh IPSI dan seminar yang salah satunya dilaksanakan di Tugu Bogor pad tahun 1973.
Program olahraga bela diri pencak silat dtingkatkan dengan dilaksanakan program pertandingan olahraga pencak silat, dan dimasukkan dalam acara Pekan Olahrag Nasional (PON). Dengan seringnya kegiatan pertandingan olahraga pencak silat dtingkat-tingkat daerah maupun nasional, tersusun kembali kekuatan-kekuatan pencak silat yang selanjutnya membutuhkan program pembinaan yang terarah. Usaha-usaha pemerintah untuk menangani pencak silat akan lebih mendorong masyarakat untuk ikut melestarikan penak silat. Pada beberapa tahun terakhir pencak silat memasuki kawasan internasional, baik dari perkembangan pencak silat di negara-negara Eropa dan Amerika, maupun hubungan silaturahmi dengan bangsa serumpun di kawasan Asia Tenggara.
Pada tahun 1980 terbentuklah Persekutuan Pencak Silat antar Bangsa (PERSILAT) yang didukung oleh Negara-negara Asean, ialah Indonesia, Malaysia, Singapura. Tanggal 1 Januari 1983 diadakan pertemuan di Singapura.
Pada bulan Juli 1985, PERSILAT memutuskan dan menetapkan peraturan-peraturan di bidang olahraga pencak silat meliputi :


1. Peraturan pertandinagn olahraga pencak silat.
2. Peraturan penyelenggaraan pertandingan olahraga pencak silat.
3. Pedoman teknik dan taktik pertandingan olahraga pencak silat.
4. Pedoman pelaksanaan tugas wasit dan juri olahraga pencak silat.
5. Pedoman kesehatan pertandingan olahraga pencak silat.
6. Ketentuan tentang peralatan dan kelengkapan pertandingan olahraga pencak silat, (PERSILAT, 1985).

Falsafah dan Ajaran Setia Hati Terate

Falsafah dan Ajaran Setia Hati Terate

Falsafah dan Ajaran yang utama dari SH Terate adalah manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan (dibunuh) tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu setia pada hatinya sendiri atau ber-SH pada diri sendiri. Tidak ada kekuatan apapun diatas manusia yang bisa mengalahkan manusia kecuali kecuali kekuatan yang dimiliki oleh Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran tersebut telah menjadi keyakinan bagi semua warga SH Terate sehingga menjadi kekuatan tersendiri bagi anggota secara pribadi maupun persaudaraan. Tidak ada yang ditakuti oleh Warga SH Terate baik dari bangsa manusia maupun yang lain (jin, makhluk halus dan lain-lain) kecuali ketakutan (takwa) pada Tuhan Yang Maha Esa. Selain falasafah dan ajaran sebagaimana tersebut diatas SH Terate juga mengajarkan calon Anggota Persaudaran dengan Seni Beladiri Pencak Silat. Menurut SH Terate setiap seni bela diri timur didasarkan pada filosofi dengan kode etik terkait. Hal ini juga berlaku untuk Pencak Silat. Praktek seni bela diri memiliki tujuan membantu siswa mengembangkan karakter jujur,terbuka dengan hidup sesuai dengan norma-norma dasar dan nilai-nilai seni. Siswa berusaha untuk menjaga keseimbangan (harmoni) dalam jasmani dan rohani, dalam kecerdasan dan juga emosi.
Persaudaraan Setia Hati Terate adalah cara hidup, jalan hidup. Unsur olahraga hanya aspek kecil, salah satu dari banyak batu yang jalan PSHT yang beraspal. Dengan pendekatan yang lebih luas ini, Persaudaraan Setia Hati Terate bukan olahraga pertempuran tetapi seni pertempuran. Sebuah olahraga pertempuran adalah perjuangan dengan yang lain. Sebuah seni pertempuran adalah perjuangan dengan diri sendiri. Falsafah dan Ajaran SH Terate tersebut telah menjadi Prinsip Dasar Setia Hati Terate,untuk mencapai keseimbangan dalam tubuh (jasamani) dan pikiran (rohani), Persaudaraan Setia Hati Terate didirikan pada lima prinsip dasar:
  1. Persaudaraan (Brotherhood atau persaudaraan)
  2. Olah Raga (Sport)
  3. Bela Diri (Self-pertahanan)
  4. Seni Budaya (Seni dan budaya)
  5. Kerokhanian Ke SH-an (pengembangan Spiritual)
Filosofi lengkap dari Persaudaraan Setia Hati Terate dapat dilihat pada simbol-simbol lambang PSHT.

Makna Lambang PSHT

Berikut ini menjelaskan berbagai konsep dan simbol lambang PSHT. Ini mewujudkan bagian dari filosofi Persaudaraan Setia Hati Terate.

Segi Empat

Segi Empat panjang dalam lambang SH Terate adalah bermakna Perisai, perisai bisa berarti benteng atau petahanan diri, seorang warga SH Terate harus bisa membentengi diri sendiri dari segala bentuk ancaman jasmani maupun rohani. segi empat ini juga melambangkan 4 mata arah angin dan ditambah 1 sebagai porosnya

Warna Hitam

Warna Hitam sebagai dasar melambangkan kekal dan abadi. Sesuai semboyannya Selama Matahari bersinar, selama Bumi masih dihuni oleh Manusia, semoga Setia Hati tetap jaya, kekal dan abadi selama-lamanya.

Persaudaraan

Konsep Persaudaraan ini dapat diterjemahkan sebagai "persaudaraan" kepada semua, mengungkapkan visi dan misi bahwa semua orang adalah saudara dan saudari. "Saudara" diterjemahkan baik sebagai "saudara" dan "adik": perempuan juga merupakan bagian dari "persaudaraan". Ini berarti saling menghormati, solidaritas dan kerjasama. Persaudaraan menggantikan budaya,ras,kepercayaan dan afiliasi politik. Persaudaraan kepada semua adalah disamping persaudaraan dengan sesama warga SH Terate adalah juga persaudaraan sesama umat Manusia

Setia Hati

Setia Hati dapat diterjemahkan sebagai "setia pada hati" nya sendiri. Ini menyiratkan bahwa kita harus selalu jujur ​​pada hati seseorang (perasaan emosional) dalam semua keputusan hidup. Emosi-emosi ini, bagaimanapun, harus selaras dengan kognisi rasional seseorang. Apa yang dalam hati sanubari rasakan dan menjadi pemiikiran harus menjadi dasar bagi perkataan maupun tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Jika dua unsur tidak harmonis, maka setiap keputusan yang diambil salah.

Hati Bersinar

Hati bersinar digambarkan dalam lambang, sinar yang berasal dari hati ini adalah representasi simbolis dari konsep persaudaraan: satu mengirimkan pikiran yang baik atau perasaan kepada orang lain. Putih melambangkan cinta dan kebersihan batin. Garis merah di sekitar Hati adalah simbol pertahanan diri: satu bercita-cita untuk persaudaraan dan bahwa yang satu dapat menawarkan orang lain, tapi tidak dengan mengorbankan diri sendiri. Artinya cinta, kasih dan sayang terhadap sesama ada batasnya, cinta,kasih dan sayanag yang tidak terbatas bisa menghancurkan diri sendiri.

Terate

Terate (bunga teratai) adalah bunga yang bisa hidup di darat dan di air. Ini melambangkan tekad, ketahanan dan kemampuan untuk beradaptasi. Bunga ini dapat berkembang di segala kondisi. Di udara. Di dalam air. Dalam kondisi kering dan basah. Warga PSHT juga sama harus mampu beradaptasi dan mengatasi keadaan yang sulit. Dan seperti Terate, meskipun pengaruh negatif dari lingkungan, siswa PSHT mempertahankan kebersihan batin nya.Terate dapat hidup dan mekar di lumpur, tapi mempertahankan keindahan dan kemurnian.

Garis Merah Tegak

Sebuah garis merah vertikal ditemukan di sisi kiri lambang, diapit pada setiap sisi menjadi garis putih. Ini adalah "jalan yang lurus", melambangkan pertumbuhan mental dan spiritual siswa dan Warga PSHT yang lurus dan menegakkan kebenaran. Sata pengesahan menjadi Warga Pertama, calon warga membuat sumpah untuk mengikuti jalan ini dan sesuai dengan aturan-aturan tertentu perilaku. Apabila melakukan pelanggaran sumpah ada konsekuensi yang harus diterima.

Senjata

Pada bagian bawah sejumlah senjata kuning berwarna digambarkan pada lambang. Ini melambangkan jalur fisik bahwa seseorang harus mengikuti untuk akhirnya mencapai pertumbuhan rohani dalam keimanan

Tingkatan Dalam SH Terate

Sebutan untuk anggota Persaudaraan adalah Warga bukan Pendekar seperti pada umumnya Persaudaraan"Perguruan" Silat. Sebutan untuk yang sedang belajar dan berlatih adalah "Adik" Siswa/Murid, sedangkan untuk yang telah disyahkan disebut Warga. Siswa yang masih dalam proses belajar/latihan harus memanggil Mas "kakak" kepada semaua Warga SH Terate.

Siswa (pemula)

test kenaikan tingkat
ujian kenaikan tingkat
Untuk menjadi anggota Setia Hati Terate, seseorang harus menjalankan latihan fisik dan juga penggemblengan mental spiritual minimal 2 tahun Latihan selama 2 tahun itu dibagi menjadi 4 tingkatan yang masing-masing tingkatn ditempuh selama 6 bulan latihan.

Siswa Polos

Sebutan lain untuk siswa Polos adalah Hitam yang ditandai dengan Sabuk berwarna Hitam. Latihan pada tingkatan ini adalah pengenalan tentang Setia Hati dan Setia Hati Terate, pengenalan gerak dan gerakan yang ada di SH terate dan beberapa Senam dan Jurus Setia Hati Terate. Maksimal Gerak dan Gerakan tangan dan kaki termasuk Senam dan Jurus yang diajarkan pada tingkatan ini adalah 1-2 Pukulan, Tendangan dan Pertahanan, Senam ke-30 dan Jurus ke-6.

Siswa Jambon (merah muda)

Siswa tingkat Polos yang lulus pada ujian kenaikan tingkat selanjutnya disebut Siswa Jambon yang ditandai dengan Sabuk berwarna Jambon. Sebutan Jambon mengacu kepada Warna Sabuk pada tingkatan ini yaitu Merah Jambu"buah:Jambu biji" Selain peningkatan pemahaman dan pengamalan ke-SH-an pada tingkatan ini ada penambahan Gerak dan Gerakan maksimal menjadi 3-4 Pukulan,Tendangan dan pertahanan,Senam ke-50 dan Jurus ke 13-14.

Siswa Hijau

Siswa Hijau "basa Jawa ijo" ditandai dengan sabuk berwarna Hijau. Pada tingkatan ini Gerak dan Gerakan tangan dan kaki mencapai 5-6 pukulan,tendangan dan pertahanan,. Jumlah senam antara 46 sampai dengan 60 dan jurus 15 - 20 an. Pada tingkat ini juga mulai diajarrkan senam dan jurus Toya.

Siswa Putih

Siswa Putih adalah tingkatn tertinggi bagi siswa Setia Hati yang di tandai dengan sabuk putih yang sama ukuran dengan polos,jambon dan ijo.Semua gerak dan gerakan tangan dan kaki berupa pukulan,tendangan,pertahanan,senam,jurus termasuk toya, teknik kuncian dan cara melepaskan dan pernafasan telah diberikan semua kecuali jurus ke-36. Secara rohani fisik dan rohani tingkat ini sudah siap menjadi Warga (sebutan Pendekar dalam SH Terate) kecuali siswa yang belum sampai pada persyaratan usia minimal.

Warga

Jalur dari Persaudaraan Setia Hati Terate dibagi menjadi tiga derajat :
1. Gelar Pertama (TINGKAT Satu): psht kedungpring
  • Gelar Pertama terutama ditujukan untuk pembangunan fisik. Melalui sistem gerakan fisik terampil (Pencak), siswa belajar untuk menggunakan tubuh mereka secara efektif.
  • Gelar Pertama dibagi menjadi beberapa langkah, ditambah dengan sistem lulus dari ikat pinggang dan slendangs (ikat pinggang). Setiap langkah diakhiri dengan ujian.
2. Gelar Kedua (TINGKAT Dua):
  • Gelar Kedua berfokus terutama pada Silat, demobilisasi penyerang menggunakan teknik fisik (Pencak) belajar untuk Gelar Pertama. Siswa belajar untuk membuat penggunaan efektif dari kekuatan batin melalui konsentrasi, teknik dan meditasi pernapasan.
  • Bentuk pembelaan diri bisa sangat mematikan. Oleh karena itu diajarkan hanya kepada pemegang PSHT dari Gelar Pertama Putih Slendang, dan yang, setelah bertahun-tahun pelatihan disiplin, kemauan dan character building mampu menguasai "nyata" Silat. Pelatihan untuk Gelar Kedua Putih Slendang adalah pembangunan fisik pada dasarnya 50% dan perkembangan mental 50%.
3. Gelar Ketiga (TINGKAT Tiga):
  • Gelar Ketiga hanya ditujukan untuk beberapa yang dipilih: bagi mereka yang dapat bundel semua kekuatan positif yang telah mereka pelajari dan menerapkannya untuk kepentingan kemanusiaan. Gelar Ketiga adalah 95% spiritual dan pembangunan fisik 5%. Di Indonesia, saat ini terdapat sekitar 300.000 pemegang Pertama Gelar Putih Slendang dan sekitar 160 pemegang Gelar Kedua Putih Slendang. Sayangnya hanya ada satu orang di Indonesia telah Gelar Ketiga Putih Slendang, ketua PSHT, Mas Tarmadji Boedi Harsono Mas, yang lain sudah masa lalu pergi mendahului.

Senjata

Senjata-senjata yang digunakan dalam Pencak Silat adalah kombinasi senjata adat dan mereka dibawa ke Indonesia dari seluruh benua Asia. Sejumlah senjata ini awalnya alat yang digunakan untuk Berladang. Hampir setiap gaya Pencak Silat tradisional menggunakan senjata sebagai berikut.

Pisau dan belati

Adalah pisau pendek tanpa bentuk atau panjang tertentu.

Golok dan parang

Golok adalah pedang pendek, parang bermata pisau satu-sisi. Parang ini juga merupakan jenis pedang yang digunakan secara luas. Keduanya awalnya digunakan sebagai alat-alat pertanian.

Trisula

Trisula adalah garpu logam tiga cabang. Ini bervariasi panjangnya 25–65 cm. Trisula tersebut kemungkinan besar asal India.

Toya

Toya adalah tongkat kayu, umumnya terbuat dari rotan. Ini bervariasi panjang 1,5-2 meter, tetapi pada prinsipnya adalah sedikit lebih pendek dari orang yang menggunakannya. Panjang toya antara 3,5 dan 5,0 cm.
Selain senjata yang disebutkan di atas, sebagian besar gaya Pencak Silat juga menggunakan senjata mereka sendiri yang spesifik. Dalam PSHT, senjata berikut ini juga digunakan:

Celurit

Celurit adalah istilah Indonesia untuk sabit, alat pertanian yang berasal dari pulau jawa, pisau baja dalam bentuk setengah bulan. "Semut" adalah sabit kecil. Ujung tombak adalah di bagian dalam pisau.

Krambit

Krambit adalah senjata berupa cakar bermata pisau dua sisi dalam bentuk setengah bulan. PSHT adalah satu-satunya gaya Pencak Silat untuk menggunakan senjata ini.

Semboyan dan falsafah

Dalam Persaudaraan Setia Hati Terate juga ada berbagai semboyan,simbol dan falsafah yang mengambarkan kewajiban, pesan moral dan pribadi SH yang harus diajarkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa semboyan,simbol dan falsafah tersebut diambil dari budaya dan ajaran Jawa, tetapi telah melekat dan identik dengan Persaudaran Setia Hati Terate hampir 1 abad. Beberapa semboyan,simbol dan falsafah tersebut adalah:
* Memayu Hayuning Bawana * Soero diro Djojo diningrat lebur dining Pangastuti * Ngluruk tanpa Bala Menang tanpa Ngasorake * Sepiro Gedenging Sengsara yen tinampa amung Coba * Selama matahari masih terbit dari timur,dan terbenam di barat. Selama itu pula lah Persaudaraan Setia Hati Terate akan jaya selamanya"

Tokoh SH Terate

  1. Ki Ngabehi Soero Dwiryo
  2. Ki Hadjar Hardjo Oetomo
  3. Soeratno Soerengpati
  4. RM. Soetomo Mangkoedjojo
  5. M. Irsyad
  6. RM. Imam Koesoepangat
  7. Tarmadji Boedi Harsono
  8. Kolonel Inf (Purn.) Richard Simorangkir