SEJARAH PENCAK SILAT
Pencak silat merupakan ilmu bela diri
warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia. Untuk mempertahankan
kehidupannya, manusia selalu membela diri dari ancaman alam, binatang,
maupun sesamanya yang dianggap mengancam integritasnya. Cara membela
diri dari suatu daerah, berbeda dengan daerah lainnya. Untuk daerah
pegunungan, pada umumnya, ditandai dengan sikap kuda-kuda yang kokoh dan
gerak lengan yang lincah, sedangkan untuk daerah-daerah datar ditandai
dengan sikap kuda-kuda yang ringan serta olah gerak kaki yang lincah.
Perbedaan tersebuut disebabkan karena kondisi daerah dan bentuk
ancamannya, termasuk jenis senjata yang digunakannya. Jurus-jurus yang
digunakan untuk membela diri banyak diilhami dari dari olah gerak
binatang-binatang, seperti macan, monyet, ular, dan bangau dan
lain-lainnya.
PERKEMBANGAN PENCAK SILAT
Berbicara
tentang “Perkembangan”, maka kita harus meletakkan dan melihat adanya
saling hubungan antara sederet kejadian-kejadian sejarah, yang mana
deratan tersebut dijajar menurut skala waktu. Kejadian sejarah tidak
hanya terjadi pada seorang dan satu tempat saja, akan tetapi selalu
terjadi akibat adanya saling hubungan manusia dengan sesamanya, yang
kemudian dapat diperluas antara daerah bahkan antarnegara. Karena ketiga
faktor sejarah tersebut yaitu faktor manusia, faktor tempat, dan faktor
waktu, harus ada secara keseluruhan, dan tidak dapat dipisahkan satu
sama lain.
Kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur
bangsa harus terus dipelihara, dibina, dan dikembangkan guna memprkuat
penghayatan dan pengamalan Pancasila, meningkatkan kualitas hidup,
memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggan
nasional, memperkokoh jiwa persatuan dan kesatuian bangsa serta mampu
menjadi penggerak bagi terwujudnya cita-cita bangsa di masa depan. (TAP.
MPR, 1987:109)
Pencak silat, merupakan salah satu jenis bela diri
yang sudah cukup tua umurnya. Tetapi saat ini belum kita dapatkan secara
pasti kapan dan oleh siapa pencak silat itu diciptakan. Oleh karena itu
biasannya perkembangan sejarah pencak silat, selalu dihubungkan dengan
perkembangan sejarah manusia. Bagaimana sejarah perkembangan pencak
silat di Indonesia, sejak dulu zaman penjajahan hingga setelah merdeka
dan melaksanakan pembangunan disegala bidang.
1. Zaman Prasejarah
Pada zaman prasejarah di Indonesia, telah diciptakan cara membela diri sesuai dengan situasi dan kondisi sekitarnya
.
Orang yang hidup di dekat hutan-hutn mempunyai cara membela diri yang
khas untuk menghadapi binatang yang buas yang ada di hutan. Bahkan
mereka juga menciptakan bela diri dengan meniru gerakan binatang
tersebut, misalnya meniru hewan harimau, ular, burung.
Orang-orang
yang hidup di pegunungan biasa berdiri, bergerak, berjalan dengan
langkah kedudukan kaki yang kuat untuk menjaga agar tidak mudah jatuh
selama bergerak di tanah yang tidak rata. Biasanya mnciptakan bela diri
yang mempunyai cirri khas kuda-kuda yang kokoh tidak hanya bergerak.
Sedangkan gerakan tangan lebih lincah, banyak ragamnya dan ampuh daya
gunanya.
Penduduk yang hidup di daerah berawa, tanah datar, padang
rumput biasa berjalan bergegas, lari. Sehingga gerakan kakinya menjadi
lincah. Mereka menciptakan bela diri yang lebih banyak memanfaatkan kaki
sebagai alat bela diri. Akhirnya setiap daerah mempunyai bela diri yang
khas dan berbeda dengan daerah lainnya., sehingga timbullah aliran bela
diri beraneka ragam. Pertemuan antara penduduk daerah yang satu dengan
yang lainnya menyababkan terjadinya tukar mrnukar ilmu bela diri,
sehingga dapat meningkatkan mutu bela diri di setiap daerah.
2. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Penjajahan
Pada
zaman penjajahan pencak silat dipelajari dan dipergunakan baik oleh
punggawa kerajaan, kesultanan, maupun para pehuang, pahlawan yang
berusaha melawan penjajah. Di kalangan para pejuang, pencak silat
diajarkan secara rahasia, sembunyi-sembunyi, karena kalau diketahui oleh
penjajah akan dilarang. Kaum penjajah khawatir bila kemahiran pencak
silat tersebut akhirnya digunakan untuk melawan mereka. Kekhawatiran
mereka memang beralasan, karena hamper semua pahlawan bangsa seperti
Tjik di Tiro, Imam bonjol, Fatahillah, Diponegoro, dan lain-lain adalah
pendekar silat.
Perguruan-perguruan pencak silat tumbuh tanpa
diketahhui para penjajah, bahkan sebagian menjadi semacam perkumpulan
rahasia. Pencak silat dipelajari pula oleh kaum gerakan politik termasuk
beberapa organisasi kepanduan nasional. Secara diam-diam
prguruan-perguruan tersebut pencak silat berhasil memupuk kekuatan
kelompok-kelompok yang siap melawan penjajah sewaktu-waktu. Kaum
pergerakan yang ditangkap oleh penjajah dan dibuang, secara diam-diam
pula, menyebarkan ilmu pencak silat tersebut di tempat pembuangan.
Pasukan Pembela Tanah Air yang telah dikenal dengan nama PETA, juga
mempelajari pencak silat dengan tekun.
Politik Jepang terhadap bangsa
yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Pencak silat sebagai
ilmu bela diri nasional, didorong dan dikembangkan untuk kepentingan
Jepang sendiri, dengan mengobarkan pertahanan bersama menghadapi sekutu.
Dimana-mana, karena anjuran Shimitzu diadakan pemusatan tenaga aliran
pencak silat di seluruh Jawa, serentak didirikan gerakan pencak silat
yang diatur oleh pemerintah di Jakarta, pada waktu itu tidak diciptakan
oleh para Pembina pencak silat suatuolahraga berdasarkan pencak silat
yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada setiap pagi
di sekolah-sekolah.
Akan tetapi usul itu ditolak oleh Shimitzu,
karena khawatir akan mendesak Tahayo Jepang. Sekalipun Jepang memberikan
kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsure-unsur warisan
kebesaran kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang
diduga akan berkobar lagi untuk kepentingan Jepang, bukan untuk
kepentingan nasional kita. Namun haruslah kita akui bahwa keuntungan
yang kita dapatkan dari zaman itu, kita mulai insyaf lagi akan keharusan
berusaha mengembalikan ilmu pencak silat dari masyarakat.
Walaupun
di masa penjajahan Belanda, pencak silat tidak diberikan kesempatan
untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan
mendalami melalui guru-guru dan pendekar pencak silat, atau secara
turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan
nasional, semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan
budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas nasional, para pelajar
pada tahun duapuluhan atau bsebelumnya mendalami pencak silat, ternyata
di masa kemerdekaan telah terbentuklah wadah nasional pencak silat
Indonesia, pada tahun 1948.
3. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan
Kemahiran
ilmu bela diri pencak silat yang dipupuk terus-menerus oleh bangsa
Indonesia, akhirnya digunakan untuk melawan penjajah secara gerilya ada
zaman perang kemerdekaan. Perguruan-perguruan pencak silat pada waktu
perang, sibuk sekali mendidik, menggembleng tentara dan rakyat.
Pesantren-pesantren disamping mengajarkan agama, juga meningkatkan
pendidkan bela diri pencak silat. Perang fisik di Surabaya melawan
Sekutu, pada bulan November tahun 1945, banyak menampilkan pejuang yang
gagah berani.; Hasil didikan pencak silat dari pondok Tebu Ireng Gontor
dan Jamsaren.
Pondok pesantren dan perguruan-perguruan pencak silat
tersebut bukan hanya mengajarkan bela diri pencak silat saja melainkan
juga mengisi jiwa ara calon pejuang dengan semangat juang patriotisme
yang berkobar-kobar. Semangat juang demikianlah yang membuat mereka tak
mempunyai rasa takut sedikiypun dalam melawan penjajah tentara sekutu
yang mempunyai persenjataan yang lebih lengkap dan canggih, sehingga
akhirnya bangsa Indonesia dapat berhasil memenangkan perang kemerdekaan
secara gemilang.
Setelah Proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945,
Belanda melancarkan dua kali agresi untuk menguasai kembali Indonesia.
Pencak silat kembali dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan
kemahiran putra-putri Indonesia guna menghadapi perang terhadap Belanda.
Para pemimpin bangsa Indonesia, dan para pendekar silat waktu itu,
menyadari bahwa pengajaran pencak silat berhasil memupuk semangat juang
dan menggalang persaudaraan yang erat.
Pada awal kemerdekaan kita,
Belanda berhasil memecah belah bangsa Indonesia dalam kelompok-kelompok
kesukuan dengan dibentuknya Negara-negara bagian. Bahkan kemudian
terjadi pemberontakan politik PKI di Madiun, dan Darul Islam atau
DI/TII. Kemahiran pencak silat bangsa Indonesia, digunakan kembali untuk
menumpas pemberontakan. Bahkan untuk menumpas DI/TII, digunakan cara
pagar betis, yaitu pengepungan pemberontak oleh tentara bersama dengan
rakyat yang telah diajarkan kemahiran bela diri pencak silat.
4. Sejarah Perkembangan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
Menjelang
Pekan Olahraga Nasional yang pertama di Solo, para pendekar pencak
silat berkumpul untuk membentuk organisasi pencak silat. Pada tanggal 18
Mei 1948, dibentuklah organisasi Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia
(IPSSI), yang kemudian menjadi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).
Persatuan para pendekar dalam organisasi IPSI tersebut dimaksudkan untuk
menggalang kembali semangat juang bangsa Indonesia, yang sangat
diperlukan dalam pembangunan. Yang lebih penting, pencak silat dengan
rasa persaudaraannya dapat memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia yang pada saat itu sedang terpecah belah.
IPSI berdiri pada
tahun 1973 dengan dipimpin oleh Mr. Wongsonegoro, Mariyun
Sudirohadiprodjo, dan Rachmad Surenogoro. Banyak regenerasi yang
dilakukan oleh IPSI dan seminar yang salah satunya dilaksanakan di Tugu
Bogor pad tahun 1973.
Program olahraga bela diri pencak silat
dtingkatkan dengan dilaksanakan program pertandingan olahraga pencak
silat, dan dimasukkan dalam acara Pekan Olahrag Nasional (PON). Dengan
seringnya kegiatan pertandingan olahraga pencak silat dtingkat-tingkat
daerah maupun nasional, tersusun kembali kekuatan-kekuatan pencak silat
yang selanjutnya membutuhkan program pembinaan yang terarah. Usaha-usaha
pemerintah untuk menangani pencak silat akan lebih mendorong masyarakat
untuk ikut melestarikan penak silat. Pada beberapa tahun terakhir
pencak silat memasuki kawasan internasional, baik dari perkembangan
pencak silat di negara-negara Eropa dan Amerika, maupun hubungan
silaturahmi dengan bangsa serumpun di kawasan Asia Tenggara.
Pada
tahun 1980 terbentuklah Persekutuan Pencak Silat antar Bangsa (PERSILAT)
yang didukung oleh Negara-negara Asean, ialah Indonesia, Malaysia,
Singapura. Tanggal 1 Januari 1983 diadakan pertemuan di Singapura.
Pada bulan Juli 1985, PERSILAT memutuskan dan menetapkan peraturan-peraturan di bidang olahraga pencak silat meliputi :
1. Peraturan pertandinagn olahraga pencak silat.
2. Peraturan penyelenggaraan pertandingan olahraga pencak silat.
3. Pedoman teknik dan taktik pertandingan olahraga pencak silat.
4. Pedoman pelaksanaan tugas wasit dan juri olahraga pencak silat.
5. Pedoman kesehatan pertandingan olahraga pencak silat.
6. Ketentuan tentang peralatan dan kelengkapan pertandingan olahraga pencak silat, (PERSILAT, 1985).
Selasa, 11 Oktober 2016
Falsafah dan Ajaran Setia Hati Terate
Falsafah dan Ajaran Setia Hati Terate
Falsafah dan Ajaran yang utama dari SH Terate adalah manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan (dibunuh) tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu setia pada hatinya sendiri atau ber-SH pada diri sendiri. Tidak ada kekuatan apapun diatas manusia yang bisa mengalahkan manusia kecuali kecuali kekuatan yang dimiliki oleh Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran tersebut telah menjadi keyakinan bagi semua warga SH Terate sehingga menjadi kekuatan tersendiri bagi anggota secara pribadi maupun persaudaraan. Tidak ada yang ditakuti oleh Warga SH Terate baik dari bangsa manusia maupun yang lain (jin, makhluk halus dan lain-lain) kecuali ketakutan (takwa) pada Tuhan Yang Maha Esa. Selain falasafah dan ajaran sebagaimana tersebut diatas SH Terate juga mengajarkan calon Anggota Persaudaran dengan Seni Beladiri Pencak Silat. Menurut SH Terate setiap seni bela diri timur didasarkan pada filosofi dengan kode etik terkait. Hal ini juga berlaku untuk Pencak Silat. Praktek seni bela diri memiliki tujuan membantu siswa mengembangkan karakter jujur,terbuka dengan hidup sesuai dengan norma-norma dasar dan nilai-nilai seni. Siswa berusaha untuk menjaga keseimbangan (harmoni) dalam jasmani dan rohani, dalam kecerdasan dan juga emosi.Persaudaraan Setia Hati Terate adalah cara hidup, jalan hidup. Unsur olahraga hanya aspek kecil, salah satu dari banyak batu yang jalan PSHT yang beraspal. Dengan pendekatan yang lebih luas ini, Persaudaraan Setia Hati Terate bukan olahraga pertempuran tetapi seni pertempuran. Sebuah olahraga pertempuran adalah perjuangan dengan yang lain. Sebuah seni pertempuran adalah perjuangan dengan diri sendiri. Falsafah dan Ajaran SH Terate tersebut telah menjadi Prinsip Dasar Setia Hati Terate,untuk mencapai keseimbangan dalam tubuh (jasamani) dan pikiran (rohani), Persaudaraan Setia Hati Terate didirikan pada lima prinsip dasar:
- Persaudaraan (Brotherhood atau persaudaraan)
- Olah Raga (Sport)
- Bela Diri (Self-pertahanan)
- Seni Budaya (Seni dan budaya)
- Kerokhanian Ke SH-an (pengembangan Spiritual)
Makna Lambang PSHT
Berikut ini menjelaskan berbagai konsep dan simbol lambang PSHT. Ini mewujudkan bagian dari filosofi Persaudaraan Setia Hati Terate.Segi Empat
Segi Empat panjang dalam lambang SH Terate adalah bermakna Perisai, perisai bisa berarti benteng atau petahanan diri, seorang warga SH Terate harus bisa membentengi diri sendiri dari segala bentuk ancaman jasmani maupun rohani. segi empat ini juga melambangkan 4 mata arah angin dan ditambah 1 sebagai porosnyaWarna Hitam
Warna Hitam sebagai dasar melambangkan kekal dan abadi. Sesuai semboyannya Selama Matahari bersinar, selama Bumi masih dihuni oleh Manusia, semoga Setia Hati tetap jaya, kekal dan abadi selama-lamanya.Persaudaraan
Konsep Persaudaraan ini dapat diterjemahkan sebagai "persaudaraan" kepada semua, mengungkapkan visi dan misi bahwa semua orang adalah saudara dan saudari. "Saudara" diterjemahkan baik sebagai "saudara" dan "adik": perempuan juga merupakan bagian dari "persaudaraan". Ini berarti saling menghormati, solidaritas dan kerjasama. Persaudaraan menggantikan budaya,ras,kepercayaan dan afiliasi politik. Persaudaraan kepada semua adalah disamping persaudaraan dengan sesama warga SH Terate adalah juga persaudaraan sesama umat ManusiaSetia Hati
Setia Hati dapat diterjemahkan sebagai "setia pada hati" nya sendiri. Ini menyiratkan bahwa kita harus selalu jujur pada hati seseorang (perasaan emosional) dalam semua keputusan hidup. Emosi-emosi ini, bagaimanapun, harus selaras dengan kognisi rasional seseorang. Apa yang dalam hati sanubari rasakan dan menjadi pemiikiran harus menjadi dasar bagi perkataan maupun tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Jika dua unsur tidak harmonis, maka setiap keputusan yang diambil salah.Hati Bersinar
Hati bersinar digambarkan dalam lambang, sinar yang berasal dari hati ini adalah representasi simbolis dari konsep persaudaraan: satu mengirimkan pikiran yang baik atau perasaan kepada orang lain. Putih melambangkan cinta dan kebersihan batin. Garis merah di sekitar Hati adalah simbol pertahanan diri: satu bercita-cita untuk persaudaraan dan bahwa yang satu dapat menawarkan orang lain, tapi tidak dengan mengorbankan diri sendiri. Artinya cinta, kasih dan sayang terhadap sesama ada batasnya, cinta,kasih dan sayanag yang tidak terbatas bisa menghancurkan diri sendiri.Terate
Terate (bunga teratai) adalah bunga yang bisa hidup di darat dan di air. Ini melambangkan tekad, ketahanan dan kemampuan untuk beradaptasi. Bunga ini dapat berkembang di segala kondisi. Di udara. Di dalam air. Dalam kondisi kering dan basah. Warga PSHT juga sama harus mampu beradaptasi dan mengatasi keadaan yang sulit. Dan seperti Terate, meskipun pengaruh negatif dari lingkungan, siswa PSHT mempertahankan kebersihan batin nya.Terate dapat hidup dan mekar di lumpur, tapi mempertahankan keindahan dan kemurnian.Garis Merah Tegak
Sebuah garis merah vertikal ditemukan di sisi kiri lambang, diapit pada setiap sisi menjadi garis putih. Ini adalah "jalan yang lurus", melambangkan pertumbuhan mental dan spiritual siswa dan Warga PSHT yang lurus dan menegakkan kebenaran. Sata pengesahan menjadi Warga Pertama, calon warga membuat sumpah untuk mengikuti jalan ini dan sesuai dengan aturan-aturan tertentu perilaku. Apabila melakukan pelanggaran sumpah ada konsekuensi yang harus diterima.Senjata
Pada bagian bawah sejumlah senjata kuning berwarna digambarkan pada lambang. Ini melambangkan jalur fisik bahwa seseorang harus mengikuti untuk akhirnya mencapai pertumbuhan rohani dalam keimananTingkatan Dalam SH Terate
Sebutan untuk anggota Persaudaraan adalah Warga bukan Pendekar seperti pada umumnya Persaudaraan"Perguruan" Silat. Sebutan untuk yang sedang belajar dan berlatih adalah "Adik" Siswa/Murid, sedangkan untuk yang telah disyahkan disebut Warga. Siswa yang masih dalam proses belajar/latihan harus memanggil Mas "kakak" kepada semaua Warga SH Terate.Siswa (pemula)
ujian kenaikan tingkat
Siswa Polos
Sebutan lain untuk siswa Polos adalah Hitam yang ditandai dengan Sabuk berwarna Hitam. Latihan pada tingkatan ini adalah pengenalan tentang Setia Hati dan Setia Hati Terate, pengenalan gerak dan gerakan yang ada di SH terate dan beberapa Senam dan Jurus Setia Hati Terate. Maksimal Gerak dan Gerakan tangan dan kaki termasuk Senam dan Jurus yang diajarkan pada tingkatan ini adalah 1-2 Pukulan, Tendangan dan Pertahanan, Senam ke-30 dan Jurus ke-6.Siswa Jambon (merah muda)
Siswa tingkat Polos yang lulus pada ujian kenaikan tingkat selanjutnya disebut Siswa Jambon yang ditandai dengan Sabuk berwarna Jambon. Sebutan Jambon mengacu kepada Warna Sabuk pada tingkatan ini yaitu Merah Jambu"buah:Jambu biji" Selain peningkatan pemahaman dan pengamalan ke-SH-an pada tingkatan ini ada penambahan Gerak dan Gerakan maksimal menjadi 3-4 Pukulan,Tendangan dan pertahanan,Senam ke-50 dan Jurus ke 13-14.Siswa Hijau
Siswa Hijau "basa Jawa ijo" ditandai dengan sabuk berwarna Hijau. Pada tingkatan ini Gerak dan Gerakan tangan dan kaki mencapai 5-6 pukulan,tendangan dan pertahanan,. Jumlah senam antara 46 sampai dengan 60 dan jurus 15 - 20 an. Pada tingkat ini juga mulai diajarrkan senam dan jurus Toya.Siswa Putih
Siswa Putih adalah tingkatn tertinggi bagi siswa Setia Hati yang di tandai dengan sabuk putih yang sama ukuran dengan polos,jambon dan ijo.Semua gerak dan gerakan tangan dan kaki berupa pukulan,tendangan,pertahanan,senam,jurus termasuk toya, teknik kuncian dan cara melepaskan dan pernafasan telah diberikan semua kecuali jurus ke-36. Secara rohani fisik dan rohani tingkat ini sudah siap menjadi Warga (sebutan Pendekar dalam SH Terate) kecuali siswa yang belum sampai pada persyaratan usia minimal.Warga
Jalur dari Persaudaraan Setia Hati Terate dibagi menjadi tiga derajat :1. Gelar Pertama (TINGKAT Satu): psht kedungpring
- Gelar Pertama terutama ditujukan untuk pembangunan fisik. Melalui sistem gerakan fisik terampil (Pencak), siswa belajar untuk menggunakan tubuh mereka secara efektif.
- Gelar Pertama dibagi menjadi beberapa langkah, ditambah dengan sistem lulus dari ikat pinggang dan slendangs (ikat pinggang). Setiap langkah diakhiri dengan ujian.
- Gelar Kedua berfokus terutama pada Silat, demobilisasi penyerang menggunakan teknik fisik (Pencak) belajar untuk Gelar Pertama. Siswa belajar untuk membuat penggunaan efektif dari kekuatan batin melalui konsentrasi, teknik dan meditasi pernapasan.
- Bentuk pembelaan diri bisa sangat mematikan. Oleh karena itu diajarkan hanya kepada pemegang PSHT dari Gelar Pertama Putih Slendang, dan yang, setelah bertahun-tahun pelatihan disiplin, kemauan dan character building mampu menguasai "nyata" Silat. Pelatihan untuk Gelar Kedua Putih Slendang adalah pembangunan fisik pada dasarnya 50% dan perkembangan mental 50%.
- Gelar Ketiga hanya ditujukan untuk beberapa yang dipilih: bagi mereka yang dapat bundel semua kekuatan positif yang telah mereka pelajari dan menerapkannya untuk kepentingan kemanusiaan. Gelar Ketiga adalah 95% spiritual dan pembangunan fisik 5%. Di Indonesia, saat ini terdapat sekitar 300.000 pemegang Pertama Gelar Putih Slendang dan sekitar 160 pemegang Gelar Kedua Putih Slendang. Sayangnya hanya ada satu orang di Indonesia telah Gelar Ketiga Putih Slendang, ketua PSHT, Mas Tarmadji Boedi Harsono Mas, yang lain sudah masa lalu pergi mendahului.
Senjata
Senjata-senjata yang digunakan dalam Pencak Silat adalah kombinasi senjata adat dan mereka dibawa ke Indonesia dari seluruh benua Asia. Sejumlah senjata ini awalnya alat yang digunakan untuk Berladang. Hampir setiap gaya Pencak Silat tradisional menggunakan senjata sebagai berikut.Pisau dan belati
Adalah pisau pendek tanpa bentuk atau panjang tertentu.Golok dan parang
Golok adalah pedang pendek, parang bermata pisau satu-sisi. Parang ini juga merupakan jenis pedang yang digunakan secara luas. Keduanya awalnya digunakan sebagai alat-alat pertanian.Trisula
Trisula adalah garpu logam tiga cabang. Ini bervariasi panjangnya 25–65 cm. Trisula tersebut kemungkinan besar asal India.Toya
Toya adalah tongkat kayu, umumnya terbuat dari rotan. Ini bervariasi panjang 1,5-2 meter, tetapi pada prinsipnya adalah sedikit lebih pendek dari orang yang menggunakannya. Panjang toya antara 3,5 dan 5,0 cm.Selain senjata yang disebutkan di atas, sebagian besar gaya Pencak Silat juga menggunakan senjata mereka sendiri yang spesifik. Dalam PSHT, senjata berikut ini juga digunakan:
Celurit
Celurit adalah istilah Indonesia untuk sabit, alat pertanian yang berasal dari pulau jawa, pisau baja dalam bentuk setengah bulan. "Semut" adalah sabit kecil. Ujung tombak adalah di bagian dalam pisau.Krambit
Krambit adalah senjata berupa cakar bermata pisau dua sisi dalam bentuk setengah bulan. PSHT adalah satu-satunya gaya Pencak Silat untuk menggunakan senjata ini.Semboyan dan falsafah
Dalam Persaudaraan Setia Hati Terate juga ada berbagai semboyan,simbol dan falsafah yang mengambarkan kewajiban, pesan moral dan pribadi SH yang harus diajarkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa semboyan,simbol dan falsafah tersebut diambil dari budaya dan ajaran Jawa, tetapi telah melekat dan identik dengan Persaudaran Setia Hati Terate hampir 1 abad. Beberapa semboyan,simbol dan falsafah tersebut adalah:* Memayu Hayuning Bawana * Soero diro Djojo diningrat lebur dining Pangastuti * Ngluruk tanpa Bala Menang tanpa Ngasorake * Sepiro Gedenging Sengsara yen tinampa amung Coba * Selama matahari masih terbit dari timur,dan terbenam di barat. Selama itu pula lah Persaudaraan Setia Hati Terate akan jaya selamanya"
Tokoh SH Terate
Langganan:
Postingan (Atom)